Sudah 15 menit aku menunggu. Sesekali melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan kananku. Kita janji untuk bertemu di halte ini jam setengah 5.
Hari ini hari rabu. Hari yang telah dijadwalkan untuk kita bisa bertemu. Mengingat kita berbeda jurusan, maka hari rabu ini adalah waktu yang paling tepat untuk bertemu. Karena katamu, di hari lain kau sibuk dengan jadwal kuliah yang padat, ditambah dengan jadwal kuliahku yang juga tidak kalah padatnya.
Langit terlihat mendung. Sepertinya akan turun hujan. Sambil membaca-baca paper yang dibagikan dosen, Aku sesekali menengok ke lorong tempat dimana biasa kamu lewat untuk menemuiku.
Kamu datang. Bersama seseorang. Seseorang yang sekarang juga menjadi temanku yang sengaja Aku dekati untuk lebih mengenalmu. Klasik memang.
Kita bertiga berbincang-bincang. Tanpa sempat Aku bertanya, kamu lalu minta maaf karena telah lama membuatku menunggu. Katamu, dosen lama berceramah. Aku maklum akan hal itu sambil tersenyum kecil melihat ekpresimu yang juga terlihat agak kesal.
Temanmu lalu pamit. Meninggalkan kita berdua duduk di halte ini. Katanya, dia punya urusan, jadi dia pulang duluan. Pengertian juga temanmu ini.
Hujan turun. Menahan kita untuk beranjak dari halte ini. Rencananya, Aku akan mengantarmu pulang ke rumahmu, seperti biasa.
Untuk membunuh waktu, Kita saling bertukar tanya. Aku bertanya tentang harimu sambil berusaha untuk membuat candaan lucu. Berharap bisa melihat sepintas simpul garis senyum di bibir merahmu.
Hujan pun berhenti, seperti tahu kalau Aku sudah kehabisan bahan candaan untuk membuatmu tersenyum. Kita pun berangkat meninggalkan halte ini. Kupersilakan kau untuk naik ke motorku sambil kusodorkan helm berwarna hijau daun yang Aku beli untuk kamu pakai. Namun, seperti Kamu tidak sadar jika yang aku berikan padamu adalah helm baru. Helm yang sengaja Aku beli dengan meng-korting uang jajanku.
Udara sore ini agak dingin. Tercium bau khas tanah ketika habis turun hujan. Engkau tak berbicara. Sepertinya asik melihat pemandangan sore di kala habis hujan. Sesekali untuk membuatmu berbicara, Aku bertanya padamu. Walau itu pertanyaan yang tidak penting.
Ahh, belum puas Aku melihat wajah cantikmu. Terpikir olehku trik klasik untuk tetap memandangi wajahmu walau sedang mengendarai motorku ini. Ku-setel kaca spion agar dapat melihat wajahmu dari pantulan kaca spion tadi. Ahh, kau memang cantik. Di dalam hati Aku berdoa.
Alangkah indahnya sore ini.
*backsound : Cantik by Kahitna"
No comments:
Post a Comment